Desember 05, 2010

DEUTSCHLAND

Apa yang ada di dalam pikiran ketika mendengar nama tersebut?
Nazi atau Hitler atau Tembok Berlin atau Bir atau mungkin teknologi ?
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada awal Perang Dunia, Jerman terkenal dengan pemerintahan Adolf Hitler yang terkesan kengeriaan dan penindasan.
Sekarang, Jerman terkenal dengan bahasa yang sudah mendunia dan selalu ingin dipelajari banyak orang. Jerman terkenal dengan teknologi yang sangat maju pesat. Bahkan banyak pula para pelajar Indonesia yang mengincar untuk bersekolah disana. Bahasa Jerman termasuk bahasa yang cukup mudah dipelajari secara otodidak pun lidah masyarakat Indonesia akan cukup terbiasa.Tetapi, jika negara Indonesia dibandingkan dengan negara Jerman, berapa banyak perbedaannya?
(bisa dijawab sendiri didalam hati)



Pertama kali bertemu dengan Jerman (RED : bahasa Jerman)  adalah ketika menginjak tingkat akhir Sekolah Menengah Atas. Bahasa ini merupakan salah satu muatan lokal dan menjadi penentu kelulusan dari tingkat Sekolah Menengah Atas.  Pelajaran ini hanya diberikan selama 2 semester, oleh seorang guru wanita yang masih muda, ceria, dan jenaka. (terima kasih Frau)
Walaupun hanya sebentar mempelajarinya, tetapi saya pun dapat lulus mata pelajaran ini sebagai penentu kelulusan. (horey !!! )
Setelah mengakhiri tingkat Sekolah Menengah Atas, bahasa Jerman sudah tidak di pelajari lagi. Hingga pada tingkat Perguruan Tinggi, saya pun hampir melupakannya. Pada lingkungan tempat saya tinggal, yaitu di sebuah Kapel Kecil - St Maria Immaculata, akan mengadakan sebuah perayaan Imamat untuk pertama kalinya dan Imam itu belajar dari negara Jerman. Sungguh mujizat bahwa, akhirnya saya pun diberi kesempatan untuk mempraktekkannya pada Imam tersebut beserta teman-teman sesama Imam, dan orang awam dari Jerman.
Apa yang telah kupelajari merupakan kosa kata percakapan sederhana, dapat kupraktekkan dengan terbata-bata bercampur bahasa Inggris yang terlunta-lunta. Komentar dari Imam yang dengan percaya diri dan kekuatan hati saya coba ajak mengobrol adalah happiness. Daripada membiarkan seorang Jerman sendirian dan melongo tanpa ada orang lain yang berani mengajaknya mengobrol. (mungkin karena perawakannya tinggi besar kebapakan).Setidaknya saya tidak mengecewakan orangtua, guru Jerman saya di Sekolah Menengah Atas, dan juga orang Indonesia yang lain. (hahaha)


Kedua kali bertemu dengan Jerman (RED : negara Jerman) adalah ketika saya tergabung dengan DeutschlandKlub pada Perguruan Tinggi tempat saya melanjutkan sekolah. Hal yang paling menggembirakan ketika acara "Kultur Europa - Pameran Foto" yang merupakan tanggung jawab saya dapat berjalan, walaupun banyak sekali yang harus dilalui. Acara ini dapat terselenggara oleh berkat Tuhan, kerja sama teman-teman 1 tim, orangtua, sponsor yang bisa dibilang telah membantu, dan semua orang yang membantu secara sengaja dan tidak sengaja.
Pada GOETHE Institut Jakarta, saya menjadi belajar untuk memegang janji  dan menjaga "sesuatu" yang berharga tanpa mengurangi satu hal pun.
Hal yang paling ajaib, salah satunya  adalah :
Percetakan Foto baru dapat H-3 sebelum acara, dan mendapat potongan harga 50%
(terima kasih kepada Bapak G, terima kasih pada Korbid Humas )
Jerman, oh Jerman. Ingin sekali mengejarmu hingga ke ujung dunia. Menikmati betapa berharganya waktu dan teknologi untuk manusia, dengan tak lupa mengingat Sang Pencipta yang menciptakan dunia dan seluruh isinya. Jerman, oh Jerman. Ingin sekali menikmati Bir-mu, dan melakukan toss. (hahaha) Jerman, oh Jerman. Tembok, pemerintahan, kekuasaan, teknologi, pendidikan, fasilitas dan seluruhnya yang ada padamu, membuatmu menjadi sebuah negara Jerman yang paling berbeda dalam benua Eropa.



Bagaimana dengan kamu ?
Tertarikkah dengan Jerman ?

0 komentar:

Posting Komentar

Please, comment my blog..tq